Search This Blog

METHAFISIS, PENGOBATAN ALTERNATIF, REFLEXIOLOGI, THERAPY & INNER BEAUTY

Petiklah Hikmah Di Setiap kejadian


Andaikata mereka belas kasihan, dan kami lenyapkan kemudaratan yang mereka alami, benar-benar mereka akan terus menerus terombang-ambing dalam kekafiran mereka.(QS Al-mu'minun:75)

Sebaik-baik manusia yang diciptakan ebagai makhluk yang paling sempurna tidak akan bernilai bila tanpa ketakwaan kepada Allah SWT. Ketakwan manusia kepada Allah SWT menjadi bekal dalam menghadapi lika-liku kehidupan di dunia. Hal iini dapat dipahami bahwa ketakwaan selain sebagai bentuk kta'atan kepada Allah SWT juga sebagai jalan untuk mendapatkan kehidupan yang maslahat dunia dan akhirat.

Ketika kita hidup dalam kondisi baik, ketakwaanpun akan baik juga. Namun seiring berjalannya waktu, zaman yang semakin maju yang dipenuhi dengan perilaku amoral, Allah akan menguji ketakwaan seseorang dengan ssuatu musibah atau dengan suatu nikmat yang sangat melimpah, sehingga kadangkala kita terlelap dalam kekafiran. Namun daripada itu, sebagai eksistensi keberadaan manusia di dunia ini, ketika ditimpa cobaan yang sangat berat, kita harus tetap mensyukuri apa yang ada.

Meskipun kehidupan dipenuhi oleh warna-warni, tapi hendaknya kita menjadi orang yang memetik hikmah dari perbedaan tersebut. Musibah maupun nikmat tidak akan memberi rasa beda di kala kita sudah mafhum terhadap kebijaksanaan Illahi karena tidak selamanya kenikmatan memberikan kebahagiaan (bisa saja itu adalah sebuah ujian). Begitu pula sebaliknya, tidak selamanya musibah memberikan kesengsaraan jika kita mampu memetik hikmah yang terkandung didalamnya.

Kebaikan, kejahatan, nikmat, derita karunia, ujian, semuanya sama. Bukan hanya semua itu adalah hukum alam di mana manusia hidup didalamnya, tapi juga kemaslahatan untuk manusia sendiri. Perbandingan yang tepat mungkin bisa dilihat dari sikap tegas dan lembut dari orang tua. Manakah diantara keduanya yang lebih maslahat bagi pendidikan anaknya? Jika hanya kelembutan yang diberikan, maka orang tua dianggap tidak memberikan pendidikan yang baik kepada anak. Demikian pula apabila seseorang merasakan terus nikmat tanpa penderitaan, haruskah manusia mengaggap buruk musibah kejahatan, Penderitaan dari tuhannya?

Jika kita telah mengetahui bahwa sesungguhnya manusia adalah makhluk yang mulia yang diciptakan-Nya, maka masihkah kita mengkontropersikan kemaha adilannya? Sedangkan Dia Maha bijaksana.Wallahu a'lam.


TESTIMONI